Jakarta – Dari keberhasilan Dow Jones menjadi pemecah rekor baru yang menembus 20.000 pada minggu lalu, terkait itu IHSG ikut naik. Akan tetapi, aksi para trader yang melakukan profit taking dengan memanfaatkan rebound dari kanaikan IHSG menjadikan adanya koreksi pada Indeks Harga Saham Gabungan. Dengan begitu, para investor asing tengah melakukan secara terus aksi net buy pada koreksi IHSG tersebut.
Dan dilain pihak, Bank Dunia yang memproyeksikan adanya kemungkinan kenaikan harga komoditas logam dan energy. Perkiraan tersebut telah membuat saham sector pertambangan menjadi komoditas yang banyak di incar pada tahun ini.
Bank Dunia telah memperkirakan kenaikan yang signifikan pada sector komoditas industry, seperti logam dan energy yang diakibatkan dari pengetatan pasokan dan banyaknya permintaan pada tahun 2017 ini. Dalam sector minyak, laporan dengan tajuk Comodity Market Outlook 1/2017, Bank Dunia mempertahankan pekiraan rata-rata harga minyak dunia akan melesat sebanyak 29% yoy (Year on Year) ke harga US$55/ barel dari tahun 2016 US$43/ barel..
Prediksi tersebut memberikan asumsi bahwa adanya pengurangan serta pembatasan produki minyak mentah dari OPEC (Organisasi of the Petroleum Exporting Countries) dengan juga diikuti oleh Negara yang menjadi produsen minyak dunia. Pembatasan produksi tersebut tersepakati karena kendali jumlah prosduksi minyak sudah tidak bisa dikontrol.
Sedangkan pada sector komoditas logam, Bank Dunia memperkirakan adanya kenaikan signifikan pada harga logam yang pada tahun 2017 ini menjadi 11% year on year.
Kenaikan ini dipicu karena adanya pemangkasan pasokan dan tingginya permintaan dari Negara maju China dan lainnya. Sedangkan pada harga tembaga mengalami kenaikan akibat adanya penyerapan dalam pembangunan insfratruktur di Negara AS dan China dalam skala besar.
Lalu apa dampaknya terhadap IHSG? Proyeksi kenaikkan harga komoditi olehBank Dunia tersebut membuat saham-saham sector mining mendapat sentiment positif. Sejak bulan lalu dari November-Desember terlihat adanya kebangkitan pada emiten ENRG, DEWA, dan lainnya menyusul masuknya BUMI dan BRMS dalam Indeks LQ45.
Peningkatan harga komoditi ini akan dimanfaatkan oleh pemerintah NKRI dalam meningkatkan sector ekspor dengan harapan pendapatan juga ikut meningkat.