Sepanjang tahun 2016 jumlah penawaran umum perdana saham (IPO).yang sudah ditargetkan tidak sesuai Ekspetasi. Pada tahun 2016 jumlah perusahaan yang masuk IPO hanya 14 Perusahaan dari target sekitar 30 perusahaan.
Sebelumnya BEI mentargetkan perusahaan yang IPO pada 2016 ada 35 perusahaan sebelum akhirnya melakukan revisi target.
Tidak tercapainya target perusahaan yang melakukan IPO, Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta kepada pemerintah agar bisa membantu perusahaan yang aset pendapatannya berasal dari dalam negeri agar bisa mencatatkan namanya pada bursa melalui Penawaran umum perdana saham
Menurut Direktur Utama BEI Tito Sulistio, sangat disayangkan jika pendapatan dan aset perusahaan di dapat di Indonesia, namun sahamnya tercatat pada bursa Luar negeri, seluruh masyarakat Indonesia harus bisa menikmati ini, sehingga ia meminta kepada pemerinah agar bisa memaksa mereka untuk masuk dalam bursa.
Selain itu, ia juga menambahkan, ada sekitar 52 perusahaan dengan kriteria tersebut yang ada di Indonesia, dan jika sahamnya masuk dalam bursa nilainya bisa mencapai sekitar Rp 400 triliun.”ujarnya”
Bukan hanya itu, pihaknya juga sudah memberikan daftar 52 perusahaan tersebut kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani. Menurutnya, dari total 52 perusahaan tersebut sudah ada tiga perusahaan yang berniat untuk mencatatkan sahamnya di Bursa. Perusahaan tersebut berasal dari sektor Properti dan pertambangan.
Ia juga menambahkan jika pemilik perusahaan tersebut adalah warga asli Indonesia yang menggunakan nama asing. Ketiga perusahaan tersebut sudah terdaftar di bursa saham Malaysia, Singapura, Sydney dan Amerika.
Diuar ketiga perusahaan tersebut, sudah ada satu perusahaan yang listed di Australia milik Orang Indonesia, selain itu pengusaha Hary Tanoesudibyo yang juga berniat mencatatkan sahamnya di BEI. Sebelumnya perusahaan milik Ketua Partai Perindo tersebut sudah listed di bursa Nasdaq AS, sekarang di bursa Perth Australia, juga mau listed di BEI,
Bukan hanya kepada Menteri Keuangam, Bursa Efek Indonesia juga sudah menemui Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan untuk membicarakan kondisi pasar modal dan permasalahannya.
Sebab ada dua masalah yang di hadapi BEI yaitu peringkat Indonesia karena merefleksikan kepercayaan investor. Dan kedua mengenai kerentanan likuiditas