Selama tahun 2016, kinerja reksadana syariah mencatatkan kinerja yang sangat baik. yang paling menonjol adalah kinerja reksadana syariah saham dengan berhasil mentorehkan return paling tinggi selama tahun 2016.
Mengutip data dari Infovesta Utama, Rata rata return dari Reksadana saham pada 2016 mencapai 125.5%, disusul oleh Reksadana syariah campuran dengan return, 10.36% dan reksadana syariah pendapatan tetap sebesar 6.36%. hal tersebut didorong oleh kondisi pasar yang baik dan stabil sehingga laju kinerja industri reksadana cukup terbawa.
Tahun 2017 diperkirakan kinerja reksadana akan lebih baik karena didorong oleh fundamental yang kuat.
Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, membaiknya kinerja reksadana saham sepanjang tahun 2016 di dorong oleh pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) dan juga membaiknya Indeks Saham Syairah Indonesia (ISSI). Pada tahun 2016, JII mencatatkan kenaikan 15.05% sementara itu ISSI berhasil merangkak naik sekitar 18.62%.
Hal tersebut karena mendapatkan dorongan dari sektor saham syariah yang berhasil mencatatkan performa yang positif sepanjang tahun 2016, seperti saham pertambangan, konsumer, dan infrastruktur. Dan yang paling tinggi dari sektor saham pertambangan yang naik 71%. “ujarnya”
Yang menjadi penggerak utama dalam pasar saham syariah semua masih di dominasi oleh saham domestik non bank, seperti saham TLKM, UNVR, ASII, PTPP dan juga ICBP. Dan hal tersebut sangat terbantu oleh daya beli masyarakat selama tahun 2016 yang cukup stabil.
Bukan hanya itu, kelima saham perusahaan tersebut berhasil mendapatkan profit dari masing masing emiten yang baik secara signifikan.
Pada tahun ini, Return reksadana saham syariah di perkirakan bisa tumbuh 14%- 16%. Karena masih mendapatkan dorongan dari belanja konsumer yang stabil ditambah dengan perbaikan pendapatan emiten sektor komoditas. Namun Investor juga akan menghadapi beberapa tantangan seperti rentannya pertumbuhan ekonomi global. Sementara dari sisi domestik kendala datang dari Anggaran belanja negara, terutama kenaikan pajak pendapatan, nilai tukar rupiah dan juga inflasi.