Penurunan nilai tukar rupiah bisa mengganggu kepercayaan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia terutama untuk membeli Surat Utang Negara (SUN). walaupun risiko investasi Indonesia yang terlihat dalam credit default swap (CDS) terbilang rendah, namun bukan tidak mungkin pelemahan rupiah yang terjadi akan berimbas terhadap imbal hasil yang akan diterima investor.
Pelemahan rupiah kini menjadi perhatian. Pada pekan lalu Rupiah menyentuh level terendah sejak Juli 2016 yaitu senilai Rp 13.609 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara itu, mengacu pada data Bloomberg, CDS Indonesia tenor 10 tahun sempat menyentuh angka terendah sejak Juni 2007 yaitu pada level 158.54.
Pada pekan lalu, CDS tenor 10 tahun sebesar 159.86 atau turun 29.89% secara year to date (ytd). Sementara itu CDS tenor 5 tahun berada dilevel 93.42 atau turun 40.83% ytd. CDS tenor 5 tahun juga sempat menyentuh level terendah sejak Mei 2007 pada September 2017 lalu.
Pelemahan nilai tukar rupiah ini bisa menjadi sentimen negatif untuk risiko investasi di Indonesia. Hal ini akan membuat CDS Indonesia bisa berbalik arah. Saat ini kondisi dalam negeri juga tidak cukup baik, sebab nilai tukar yang terus melemah ditambah dengan yield obligasi yang cenderung naik. Sebenarnya jika Yield naik ini bisa mengangkat CDS ikut naik.
Namun sejak September 2017 lalu, surat utang mengalami tekanan karena tertekan oleh volatilitas nilai tukar rupiah. Sehingga nilai tukar rupiah cukup mengkhawatirkan untuk investor