Saat ini sudah banyak kali produk reksadana yang diterbitkan oleh manajer investasi. Salah satu yang akhi-akhir ini banyak diluncurkan adalah Reksadana Exchange Traded Fund (ETF). Reksadana menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan reksadana saham konvensional. Namun sepertinya, industri reksadana ETF belum berkembang ditanah air.
Kinerja reksadana saham per September 2017, dari total 207 reksadana yang terdaftar hanya 20 reksadana atau setara 9.66% dari total reksadana yang bisa memberikan imbal hasil setara dan diatas bencmark, indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 11,40% year to date.
Hampir tiga tahun belakangan ini, rata-rata indeks reksadana saham kalah dari IHSG, Sehingga ETF yang kinerjanya setara dengan indeks acuan menjadi pilihan menarik oleh para investor. “Kalau dahulu rata-rata indeks reksadana saham selalu di atas IHSG, jadi ETF tidak menarik,” ucap Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama.
Kinerja ETF unggul karena mendapatkan dukungan dari pengelolaan investasi yang mengikuti indeks tertentu seperti LQ45, IDX 30 atau Sri Kehati. Mengacu pada data Infovesta Utama per 16 Oktober 2017, ETF besutan PT Indopremier Investment Management meraih kinerja tertinggi. ETF mencatatkan return 3.14%, lalu berikutnya ada Premier ETF Sri Kehati dengan kinerja 2,38%.
Saat ini baru ada sekitar 14 Reksadana ETF yang tercatat dibursa. Namun perkembangan produk ini masih belum pesat. Peminat Reksadana ETF masih terbilang cukup minim.