Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan bahwa, keseluruhan total kapitalisasi pasar keuangan syariah pada bulan September 2017 lalu masih jauh dibawah kondisi keuangan syariah dunia. Indonesia hanya dapat mencetak $79,75 miliar, sedangkan target pasar syariah dunia tahun 2015 mencapai $2 triliun, bahkan target akan dinaikkan menjadi $3,5 triliun pada tahun 2021.
Edi Setiadi, Advisor Senior OJK mengatakan bahwa, memang industri keuangan syariah indonesia saat ini masih menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Dia mengibaratkan keuangan syariah itu sebagai bus besar, namun minat untuk menaikinya masih sangat kurang. Dari hal ini, dia menegaskan bahwa harus digalakkan pendidikan keuangan berbasis syariah kepada masyarakat luas, agar perkembangannya bisa diharapkan.
Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika kesadaran masyarakat tentang manfaat keuangan syariah lebih besar daripada keuangan konvensional. Apalagi, saat ini masyarakat masih terlalu awam, dan lebih memilih untuk melakukan transaksi maupun menyimpan uang di Bank Konvensional yang ada.
Selain itu, diperlukan juga terobosan serta inovasi-inovasi baru untuk menjaring minat masyarakat terhadap jasa keuangan syariah secara lebih menyeluruh. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan menciptakan model bisnis untuk masyarakat dengan akses utama pada keuangan syariah. Jadi potensi sektor keuangan, sektor sosial dan sektor riil bisa tercapai dengan lebih maksimal.
Edi menambahkan, pembangunan sinergi antara ketiga sektor tersebut sangat penting, agar ketiga-tiganya bisa tumbuh secara bersama-sama dengan manuver yang lebih cepat. Sebenarnya, kolaborasi tiga sektor tersebut sudah pernah diinisiasi oleh OJK bersama dengan bisnis LKM syariah pada bulan Oktober lalu. Namun, hanya penerapannya saja yang kurang maksimal sampai saat ini.
OJK juga pernah mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi berbasis Syariah di Indonesia sudah cukup tinggi. Namun karena belum adanya literasi yang cukup memadai, menyebabkan pertumbuhan jadi tidak maksimal.