Kondisi dari valuta asing menunjukkan pergerakan yang terus naik, hal ini sebagai salah satu kontributor yang paling penting untuk perbankan yang ada di dalam negeri.
Sesuai dengan laporan dari OJK peningkatan peminjaman bank berbentuk valuta asing sebesar 239,9 triliun atau bergerak sebesar 29,9% dalam hitungan YoY. Kenaikan tersebut menunjukkan prosentase yang lebih tinggi dari pada sesi awal tahun 2018, sedangkan pinjaman berbentuk valuta asing bergerak naik sebesar 16,9% YoY ke posisi 184,68 triliun.
Peningkatan tersebut tercata semakin lebih baik, tahun kemarin pertumbuhan valuta asing hanya mencapai 6,7% secara tahunan. Menurut keterangan dari David E. Samual selaku ekonom dari BCA menyatakan kebutuhan bank sudah bisa dipastikan akan terus bergerak naik, hal itu disebabkan kondisi dalam negeri sendiri mencatatkan Current Account Deficit.
Sejumlah bank besar akan sangat membutuhkan refinancing dan sejumlah pelaku usaha menginginkan untuk impor barang modal yang juga tidak sedikit.
Semakin tingginya permintaan kredit valuta asing yang menunjukkan peningkatan secara signifikasikan untuk tahun ini, dukungan dari likuiditas valuta asing terlihat jelas dalam beberapa waktu terakhir. Sedangkan pergerakan simpanan yang berbentuk mata uang asing tidak ada pergerakan sama sekali.
Laporan dari Otoritas Jasa Keuangan rasio kredit kepada simpanan berada di level 100,5% dalam hitungan per Januari tahun 2019, untuk jumlah rasio LDR (oan to deposit ratio) mencatatkan peningkatan memasuki awal tahun 2018 namun masih berada di level 94%.