Di dalam usaha menjaga kwalitas penyaluran kredit, Bank Central Asia . mencatatkan penambahan rasio kredit bermasalah non performing loan/NPL pada kuartal I/2017 baik dengan cara year to date ataupun year to year.
Pada akhir bulan Maret 2017, rasio kredit bermasalah gross BCA terdaftar ada di level 1, 5%, bertambah dari posisi bulan Maret 2016 lalu yang ada di level 1, 1% ataupun dari posisi akhir bulan Desember 2016 mencapai 1, 3%.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan pemburukan kwalitas kredit dalam tiga bulan pertama itu karena ada penambahan kredit yang beralih kelompok kolektabilitas 2 sangat perlu mendapatkan perhatian spesial special mention.
“Ada pergeseran dari yang tadinya ada di kategori 2 jadi ke kategori 3, 4 serta 5, ” tuturnya dalam jumpa pers Paparan Kemampuan Kuartal I/2017 di Jakarta, Kamis 20/4/2017.
Direktur Usaha Korporasi BCA Rudy Susanto memberikan kontributor kenaikan NPL yang tertinggi yaitu sektor pertambangan. “NPL awal tahun ini nampak dari usaha yang terkait dengan tambang. Kemudian menyebar di beberapa sektor yang lain yang melemah sebagai imbas dari pelemahan perekonomian, ” katanya.
Meski demikian, dia mengutamakan rasio NPL BCA masih tetap ada dibawah rata-rata industri perbankan yang ada pada kisaran 3% serta dalam tingkat toleransi resiko yang masih tetap bisa di terima. Pada kuartal I/2017 BCA mencatatkan cadangan kredit sebesar Rp12, 2 triliun, bertambah 29, 4% dibanding tahun sebelumnya. Dengan hal tersebut, rasio cadangan dari kredit bermasalah terdaftar sebesar 203, 3%.
Disamping itu, posisi permodalan serta likuiditas BCA terus terjaga dari rasio kecukupan modal Capital Adequacy Ratio – CAR sebesar 23, 1% serta rasio credit pada pendanaan Loan to Funding Ratio – LFR sebesar 75, 1% per 31 Maret 2017.