Komposisi pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi di Indonesia hingga kuartal I/2017 ada pada level 66, 2% atau yang paling rendah mulai sejak kuartal I/2013. Walau demikian, daya konsumsi rumah tangga yang masih lemah diprediksikan tidaklah terlalu menghalangi pertumbuhan credit tahun ini.
Direktur Group Resiko Perekonomian serta System Keuangan Instansi Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto menyampaikan, pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi turun, sedang kenaikan jumlah pengeluaran untuk pembayaran angsuran pinjaman menggambarkan kekuatan debt service yang alami penurunan.
“Namun, efeknya pada permintaan credit, termasuk credit mengkonsumsi, masih tetap tidak terlalu besar,” katanya pada Bisnis pada Selasa (18/4).
Dia meneruskan, argumennya, rasio utang rumah tangga di Indonesia tidaklah terlalu tinggi hingga credit konsumsi tak dipengaruhi cukup besar.
“Kami juga masih perkiraan pertumbuhan credit bakal ada pada kisaran 9% hingga 10%, sedang credit konsumsi lebih tinggi dengan kisaran 11% hingga 12%, ” lanjutnya.
Dalam survey customer Bank Indonesia (BI) dijelaskan komposisi pengeluaran rumah tangga untuk pembayaran angsuran pinjaman alami kenaikan jadi 14, 8% dibanding dengan akhir tahun lalu yang sebesar 13%. Lalu, jumlah pengeluaran rumah tangga untuk tabungan hingga tiga bulan pertama tahun ini alami kenaikan jadi 19% dibanding dengan akhir tahun lalu yang sebesar 17, 2%.