sekuritas.co.id Informasi Sekuritas dan Investasi
Jakarta – Sejak pada awal 2017 bulan februari, (BI) Bank Indonesia sudah mulai menerapkan sebuah mekanisme penentuan bunga operasi pasar terbuka. Dengan yang tadinya FRT (fixed rate tender) sekarang sudah beruba menjadi VRT (variable rate tender) diperuntukan pada instrument diatas satu minggu.
Mekanisme tersebut dinilai bisa mencerminkan kondisi pasar, dengan skema tersebut juga dalam besaran jumlah bunga akan lebih ditentukan oleh peserta lelang yang tergabung dalam transaksi di Bank Indonesia.
Lantas, dengan kebijakan ini bisakan mendorong suku bunga kredit perbankan menurun?
Dody Zulverdi selaku menjabat menjadi Direktur Ekseklusif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia mengungkapkan, bahawa dampak terdekat yang mampu menurunkan suku bunga kredit adalah dari suku bunga pasar uang antar bank PUAB overnight. Dampak tersebut pertama kali muncul pada penurunan tingkat suku bunga deposito dan lanjut diikuti oleh penurunan suku bunga kredit.
“Misal saja hubungan terdekat adalah tingkat suku bunga kebijakan dengan tingkat suku bunga pasar adalah pasar uang antar bank. Untuk deposito sudah turun di atas 100 basis poin itu juga sudah dekat dengan 150 basis poin.” Jelas Direktur Ekseklusif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Dody Zulverdy. Saat ditemui dalam jumpa pers, Jakarta Pusat. (6/2/2017).
Ia juga menambahkan, bahwa dalam penurunan tingkat suku bunga kredit harus mempertimbangkan banyak hal. Dimulai dari tingkat kredit yang bermasalah atau NPL (non performing loan), permintaan kredit, dan juga hingga likuiditas bank. Dengan demikian, jika tingkat suku bunga deposito menurun, perbankan juga belum tentu pasti menurunkan tingkat suku bunga kreditnya, itu dilihat dari NPL yang masih belum membaik.
